The Magic of Ordinary Days adalah sebuah movie yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Ann Howard Creel. Movie ini disutradarai oleh Brent Shields (Remember Sundays) dan ditulis oleh Camille Thomasson. Movie ini dibintangi oleh Keri Lynn Russell (Felicity, The Americans) dan Skeet Ulrich (Scream).
Kenapa tiba-tiba movie Amerika? 😁
Aku jarang sekali menonton movie Amerika atau Barat, bisa dihitung dengan jari lah. Biasanya aku menontonnya kalau sudah sangat tertarik. Terakhir aku menonton movie selain Asia adalah Flipped. Gara-gara aku melihat reels di IG dan kali ini juga aku tertarik menonton movie ini gara-gara reels IG 😂
Jadi kemarin pas scrool IG, aku melihat cuplikan movie ini dan kayaknya bagus, komen-komenny juga positif mengatakana kalau cowoknya ini green flag banged. Kebetulan hari minggu, jadi aku langsung mencri movie ini di BS Station. Ternyata ada tapi nggak ada subtitleny. Aku tuh tetap butuh subtitle meski subnya bahasa inggris, karena kadang pronunciation-nya itu kan agak beda gitu. Makanya akhirnya aku nyari di youtube, untuk ada yang auto translate english, sedikit membantu lah.
Movie berdurasi 1 jam 30 menit ini mengambil setting pada Perang Dunia II, tahun 1944 setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. Tokoh utamanya adalah Olivia 'Livy' Dunne, puteri dari pendeta di kota Denver yang sedang hamil. Dia 'berpacaran' dengan seorang perwira Angkatan Laut AS yang sedaang cuti, melakukan itu dan kemudian dia hamil. Tapi perwira bernama Edward itu kemudian beranagkat perang dan meninggalkan Livy.
Untuk menutupi puterinya yanag hamil diluar nikah, ayahnya meminta Livy untuk menikah tapi Livy menolak. Ayahnya akhirnya memaksa Livy dan mencari orang yang bersedia untuk menikah dengan Livy. Dia menghubungi seorang pendeta di sebuah pedesaan dan menemukan seorang pria yang mau menerima Livy.
Mau tak mau, untuk menutupi gosip, Livy akhirnya bersedia dan berangkat ke desa tersebut dengan kereta api. Begitu sampai di desa itu, dia disambut oleh pendeta teman ayahnya dan calon suami serta keluarga suaminya. Merek nggak menunggu waktu lama, langsung ke gereja dan menikah. Bahkan si pria juga nggak menyiapkan cincin kawin karena lupa. Setelah menikah, Pria itu membawa Livy ke rumahnya yang terletak jauh dari kota, tidak ada tetangga, hanya ladang luas tanah milik pria itu.
Pria itu bernama Ray Singleton, seorang pria muda yang setuju menikah dengan Livy meski tahu keadaan Livy. Di desa mereka tidak ada wanita yang seumuran Ray jadi karena itu dia sulit menemukan pendamping. Dia bersedia menikah bahkan tanpa tahu wajah Livy, itu adalah sesuatu yang cukup berani, apalagi dia tahu klau Livy hamil dari pria lain. Keluarga Ray juga menyambut Livy dengan sangat baik. Livy sebenarnya nggak enak dan juga tidak mengerti kenapa Ray setuju dengan hal ini. Tapi jawaban Ray adalah mungkin ini kehendak tuhan.
Ray kehilangan orang tuanya sebelum perang dan adiknya Daniel meninggal saat serangan Pearl Harbor. Satu-satunya keluargnya adalah kakaknya yang sudah menikah dan punya 2 anak. Kakaknya tinggal beberapa mil dari rumahnya dan itu adalah tetangga terdekat mereka. Rumah Ray ada di wilayah pertaniana Colorado Tenggara yang terpencil. Tapi sepertinya tanah disitu punya Ray semua dana banyak pekerja yang bekerja untuk Ray. Jadi bisa dibilang dia keluarga berada meski rumahny kelihatan sederhana.
Pertama kali tiba di rumah, mereka makan siang bersama. Livy sudah mengatakan sejak awal kalau dia tidak bisa memasak tapi dia akan belajar. Ray nggak masalah dengan hal itu karena dia bisa memasak. Meskipun pendiam dan tidak banyak bicara, Ray ini sangat perhatian pada Livy. Misalnya saat Livy mengatakan kalau dulu dia suka berenang, besoknya Ray membuatkan kolam renang untuk Livy. Atau saat Livy pengen kesana kemari, Ray menemaninya dan bahkan mengajarinya mengendarai mobil agar Livy mudah kalau mau bepergian saat dia bekerja.
Livy sendiri masih belum move on dari kekasihnya dan setiap minggu saat mereka ke kota, dia akan singgah di kantor pos untuk mengirim surat pada Edward tanpa sepengetahuan Ray. Kalau malam hari, kamar mereka terpisah dan Livy kadang galau dan melihat foto kekasihnya yaang tersimpan di liotin kalungnya.
Meski cintanya masih pada Edward, Livy berusaha menjadi istri yang baik. Dia meminjam buku di perpustakaan dan mulai belajar memasak. Dia juga ikut pesta dan berbaur bersama keluarga Ray yang sangat menyukainya. Keponakan Ray ada yang perempuan dan di suka sekali pada Livy yang modis dan cantik. Dia bahkan mengubah gaya rambutnya seperti Livy.
Livy juga berkenalan dengan dua pekerja migran keturunan Jepang-Amerika yang bekerja di perkebunan mereka. Dua anak itu menyukai kupu-kupu dan saat istirahat mereka suka mencari kupu-kupu dan melukisnya di buku. Mereka berdua adalah teman pertamaa Livy dan Livy sangat menyukai mereka. Livy juga mengajak mereka main ke rumah dan memberikan soda pada mereka. Setelah cukup dekat, mereka jalan-jalan ke gunung melihat kupu-kupu. Ayah mereka adalaha penjahit dan mereka ingin menjahitkan baju hamail untuk Livy, tapi saat mereka mencari kain di toko, pemilik toko dan pelanggan menatap mereka dengan tajam. Itu karena dua anak itu adalah keturunan Jepang dan mereka benci karena Jepang sudah membom Pearl Harbor.
Suatu hari, kakak Livy berkunjung ke rumah Livy dan mengajaknya pulang ke Denver untuk melahirkan. Di kasihan melihat Livy harus tinggal dan melahirkan di rumah tua dan desa yang nggak ada orangnya. Tapi sebenarnya itu cuma karena suaminya akaan pergi bekerja dalam waktu yang lama dan dia kesepian, jadi supaya ada temannya dia mengajak Livy. Dia mengatakan kalau dia akan merawat anak Livy. Kakaknya mengatakan mereka bisa membuat skenario mengenai suami Livy yang kaasar dan pemabuk sebagai alasan Livy meninggalkan suaminya. Livy saat itu sempat ragu juga, apakah itu adalah hal yang baik dilakukan, mengingat bayi dalam kandungannya juga bukan nak Ray, Ray pasti tidak menginginkannya. Tapi akhirnya dia menolak karena pada kenyataannya Ray adalah orang baik.
Livy sebenarnya adalah mahasiswa pascasarjana bidang Arkeologi yang sempat berhenti kuliah demi merawat ibunya. Impiannya adalah pergi ke Turky untuk menggali barang-barang kuno. Setelah semua yang terjadi, diaa mungkin tidak akan bisa melanjutkan sekolahnya lagi, tapi jika dia ikut dengan kakaknya, mungkin dia bisa lanjut kuliah.
Tapi entah sejak kapan, Livy mulai menyukai desa itu. Pria yang bersamanya adalah pria yang saabar, baik, pengertian, jujur dan kesehariannya fokus mengurus tanah pertanian. Bahkan Ray belajar mengenai arkeolog kesukaan Livy setelah tahu Livy menyukaai arkeologi. Dia tidak banyaka bicara, bukan tipe yang menunjukkan perasaannya, tapi kita bisa melihat kalau Ray menyukai Livy dan ingin membuat Livy bahagia.
Singkat cerita, suatu hari Livy mendapatkan jawaban dari suratnya. Tapi Ray yang mengambilnya di kantor pos. Ray saat itu kelihatan kecewaa karena ternyata Livy selama ini diam-diam mengirim surat pada kekasihnya. Ry tahu kalau Livy tidak menyukainya dan mungkin akan meninggalkannya suatu saat nanti, jadi dia galau sekali dan bersedih karena hal itu. Dia menolak bicara dengan Livy dana untuk menenangkan pikirannya, dia pergi jaga malam. Malam itu, Livy menemui kakak iparnya dan curhat mengenai perasaannya yang sebenarnya. Isi surat dari Edward itu ternyata adalah mengatakan kalau dia tidak bisa menjadi ayah dari bayi Livy. Dan bagaimana kakaknya mengajaknya kembali ke Denver. Livy benar-benar bingung apa yang harus dia lakukan, dia merasa bersalah pada Ray juga. Kakak ipar Livy sama sekali tidak menghakiminya, dia mengatakan jika Livy memang ingin pergi, mka Livy harus pergi secepat mungkin supaya Ray tidak terlalu terluka. Karena kakak iparnya tahu betapa Ray mencintai Livy.
Malam itu, saat Livy kembali ke rumah (atau malam selanjutnya, aku lupa), Ray pulang dan akhirnya mengatakan kalau dia mencintai Livy dan bayinya. Ray berfikir kalau Livy akan meninggalkannya, jadi setidaknya terakhir dia ingin mengatakan perasaannya. Selama ini, Ray tidak pernah mengatakan perasaannya, begitu juga dengan Livy. Komunikasi mereka memang sangat sedikit. Ray memberikan cincin yang sebelumnya dia lupa membelinya saat hari pernikahan mereka. Aku suka bagaimana Ray mengatakan dia nggak cuma mencintai Livy tapi juga bayinya.
Ray menangis saat mengatakan hal itu dan kelihatan banged kalau dia nggak mau kehilangan Livy. Sementara Livy juga menangis dan mengatakan kalau dia tidak pantas memiliki Ray dan semua kebaikannya. Tapi Ray mengatakan kalau Livy pantas bahagia setelah Livy memaafkan dirinya sendiri.
Aku rasa Livy akhirnya memaafkan dirinya sendiri dan menerima semua yang terjadi, jadi dia memutuskan memilih Ray dan tinggal bersama Ray. Dia juga menyadari betapa bahagianya dia tinggal bersama Ray, bagaimana dia dicintai tanpa syarat oleh seluruh keluarga lebih dari pada keluarga kandungnya sendiri.
Livy melahirkan pada bulan desember sebelum natal tahun itu. Dia melahirkan anak laki-laki yang sehat yang disambut hangat oleh keluarga Ray. Mereka menamai bayi mereka Daniel, sama dengan nama adik laki-laki Ray yang meninggal dalam perang. Seperti yang Ray katakan dari awaal, dia menerima baayi Livy dan merawatnya seperti anak sendiri. Meski tidak bisa melanjutkan kuliahnya, Livy menikmati harinya di desaa itu dengan berburu barang kuno. Akhir pekan dia menghabiskan waktu bersama Ray dan Daniel menggali sejarah di desa itu.
Kenapa belakangan yang aku tonton adalah pernikahan dua pasangan yang belum pernah bertemu tapi cowoknya greenflag dana berakhir bahagia?
Nggak menyesal menonton movie ini, manis banged. Ray beneran hutan rimba, menerima istrinya sejak awal meski tahu istrinya hamil dari laki-laki lain dan tahu istrinya belum move on. Dia mungkin tidak bisa romantis seperti laki-laki lain, tapi bagaimana cara di menyenangkan istrinya itu manis banged.
Awalnya aku kesal juga sama Livy yang kelihatan memanfaatkan kebaikan Ray. Apalagi saat dia masih mengirim surat pada kekasihnya itu. Apa yang dia harapkan dari pria yang membuatnya hamil kemudian meninggalkannya tanpa mengatakan apapun? Apakah dia pikir saat kekasihnya tahu dia hamil, kekasihnya akan kembali?
Tapi setidaknya dia masih punya hati dengan menjadi istri yang baik bagi Ray dan dia menyadari kebaikan Ray dan nggak menusuk dari belakang.
Selain Ray, keluarga Ray juga green flag banged. Meski mereka adalah keluarga kecil, mereka nggak menjudge Livy dan menerimanya dengan bahagia. Mereka menganggap Livy seperti keluarga sendiri dan menyayangi Livy. Makanya Livy merasa kalau keluarga mereka lebih hangat daripada di keluarganya sendiri. Soalnya saat ibunya sakit, Livy sendirian yang merawat ibunya. ayahnya sibuk dan kakaknya juga nggak membantu karena sibuk mengurus suamainya. Hanya saja disini nggak terlalu diceritakan kisah Livy sebelum menikah.
Seperti judul movie ini, keajaiban dari kehidupan sehari-hari, Livy dan Ray merasakan keajaiban itu. Dengan kehidupan sehari-hari yang biasa-biasa saja, keduanya menjadi jatuh cinta dan saling melengkapi sataau sama lain. Ternyata hari-hari biasa itu terasa sangat istimewa.
Oia, salah satu cast dalam movie ini adalah artis Indonesia, Tania Gunadi. Dia memerankan Florence, kakak adik sahabat Livy. Aku baru tahu saat membuat review ini. Pantes rasanya wajahanya bukan China, bukan Jepang. Ternyata orang Indonesia.
Selain itu fashion Livy disini on point banged. Aku suka fashionnya. Mungkin karena sejak awal dia anak kota kalai ya, jadi dia memang pandai mendandani dirinya. Setelah pindah ke desa dia juga tetap dandan, tetap cantik, bahkana pakai daster aja dia cantik.
0 komentar:
Posting Komentar